Rendi Ariefta
Profile
Nama Lengkap |
Rendi Ariefta
|
Universitas | National Cheng Kung University (NCKU), Tainan, Taiwan |
E-mail
|
|
No Telp / HP
|
+62 852-1840-9567
|
Linkedin
|
Cerita Rendi Ariefta
Halo semuanya, 大家好!
Perkenalkan, nama saya Rendi Ariefta. Saya adalah alumnus S-1 Teknik Sipil Universitas Diponegoro (UNDIP) angkatan 2017. Saat ini saya sedang menempuh International Graduate Program of Civil Engineering and Management (ICEM) di National Cheng Kung University (NCKU), Tainan, Taiwan.
Saya ingin bercerita mengenai bagaimana kehidupan kuliah saya yang pada akhirnya bisa menjadi seperti ini. Semua ini bermula dari saya mendengar tentang beasiswa “3+2 Double Degree/Fast Track Joint Program” dimana program ini mengakomodir gelar S1 dan S2 yang dapat didapatkan hanya dalam 5 tahun masa studi. Saya mendaftarkan saya ke program ini, demi mencapai keinginan studi di luar negeri yang dari dahulu selalu saya dambakan.
Namun, nasib berkata lain. Datangnya pandemi Covid-19 merubah segala rencana studi saya. Yang seharusnya saya berangkat sebagai angkatan Fall 2020 NCKU, harus ditunda karena status saya sebagai “exchange student” yang tidak bisa mendapatkan Visa ijin tinggal di Taiwan oleh karena penutupan border Taiwan yang amat sangat ketat kala itu. Sehingga mau tidak mau status saya menjadi “deferred” yang harus menunda keberangkatan sampai tahun depannya. Pihak NCKU menyarankan saya untuk mengambil mata kuliah S-2 di UNDIP yang nantinya akan disetarakan konversinya menjadi credit point di NCKU. Namun, nasib berkata lain lagi. Adanya perbedaan sistem Satuan Kredit Semester antara program studi S-1 dan S-2 Teknik Sipil UNDIP membuat saya tidak bisa melanjutkan Program 3+2 ini lagi. Impian berkuliah di luar negeri seperti kandas begitu saja dengan tidak bisa dilanjutkannya program beasiswa 3+2 dan adanya pandemi yang semakin parah.
Disinilah Prof. Han Ay Lie, yang kerap saya sapa Bu Ayke, berperan banyak demi kelangsungan keberangkatan saya yang tertunda. Beliau meminta saya untuk sesegera mungkin menyelesaikan semua mata kuliah S-1 yang tersisa, dan sesegera mungkin menyelesaikan Kuliah Kerja Nyata, Kerja Praktik, dan Tugas Akhir dalam jangka waktu 1 tahun. Pusing? Pastinya. Yang awalnya saya mempersiapkan bachelor project thesis saya untuk di NCKU, harus merubah topik untuk disesuaikan dengan Tugas Akhir di UNDIP.
Saya dan partner TA saya, Joshua Candra Setiawan mendapatkan topik tugas akhir berupa riset eksperimental kerjasama antara UNDIP-National United University (NUU Taiwan). Namun nasib berkata lain lagi, akibat pandemi, dana riset dari NUU tidak dapat turun dengan cepat, yang mengakibatkan saya dan partner saya harus berganti topik TA demi mengejar waktu kelulusan yang amat sangat sempit. Bu Ayke “menggembleng” kami habis-habisan demi mengejar time window yang amat sangat singkat itu. And voila! Kami menjadi lulusan pertama dari angkatan 2017 berkat bimbingan Bu Ayke dan Ir. Rudi Yuniarto Adi, M.T.
Dengan batalnya program 3+2, saya mendaftarkan diri di beasiswa TaiwanICDF International Higher Education Scholarship Program. Dan Puji Tuhan, saya diterima di program beasiswa tersebut sehingga saya dapat melanjutkan untuk berangkat ke NCKU pada periode Fall 2021. Namun kali ini, status saya bukan merupakan mahasiswa program 3+2 lagi, melainkan mahasiswa full Master’s Degree di Civil Engineering Department, NCKU. Saya berangkat dengan 3 teman satu angkatan saya lainnya, yaitu Aurellius Ansell Reffriandi, Joshua Candra Setiawan, dan Umi Sa’adah.
Adapun dengan menjadi bagian dari keluarga besar TaiwanICDF Awardees, saya dapat merasakan berbagai pengalaman baru bertemu dengan banyak orang dari luar negeri. Pengalaman dan komunitas seperti ini merupakan sebuah hal yang berharga yang dapat mengajarkan kita berbagai sudut pandang dan cerita orang lain dari berbagai negara di dunia ini.
Studi S-2 saya dibimbing oleh Prof. Hsuan-Teh Hu, dimana beliau adalah orang yang sangat pandai. Akan ada banyak ilmu yang dapat saya ambil dari beliau, karena di mata saya beliau merupakan orang yang “satu frekuensi” dengan Bu Ayke. Beliau berdua sangat menguasai dan paham di bidangnya.
Akhir kata, saya ingin memberikan big shout-out untuk Bu Ayke dan Pak Bagus, yang senantiasa selalu membantu proses keberangkatan saya dan teman-teman UNDIP ke Taiwan. Tanpa adanya bimbingan “keras” dari Bu Ayke dan Pak Rudi selaku dosen pembimbing skripsi saya, saya tidak akan berada dan bangga di Taiwan saat ini. Terima kasih Bu Ayke yang selalu memberikan dukungan moral kepada saya untuk mencapai salah satu dari cita-cita saya.
Salam hangat dan hormat,
Rendi Ariefta.