RINGKASAN
Indonesia terletak pada pertemuan lempeng-lembeng besar yang dalam pergerakannya mengakibatkan gempa. Perencanaan struktur yang kuat terhadap gempa, dengan meningkatkan baik kekuatan maupun daktilitasnya, telah dilakukan. Standar acuan dan peta gempa telah diperbaharui sehingga dapat memberikan data lebih akurat bagi perencana. Hal ini terutama terpicu setelah terjadinya tsunami di Aceh tahun 2004 dan gempa-gempa besar di pulau Jawa dan pulau-pulau Indonesia lainnya.
Falsafah perencanaan terutama terfokus pada konservasi nyawa manusia, dengan merencanakan struktur yang kuat dan bila terjadi keruntuhan ini akan terjadi dalam pola daktil sehingga diharapkan bisa mengurangi korban apabila gempa terjadi. Di awali di Itali, seorang ahli vulkanologi bernama Giuseppe Mercalli (1850-1914) memformulasikan sebuah skala intensitas gempa yang berfokus pada tingkat intensitas gempa serta dampaknya pada manusia [1, 2]. Skala Mercalli Intensity Scale diluncurkan tahun 1902 menyusul Modified Mercalli Intensity scale (MMI), yang merupakan modifikasi dari Mercalli Scale. MMI memiliki enam (6) tingkatan intensitas gempa yang didefinisikan berdasarkan dampaknya pada manusia penghuni.
Japan Meteorological Agency (JMA) mengembangkan skala serupa yang terdiri dari tujuh (7) tingkatan. Seismic Intensity Level (SIL) merinci dengan sangat detil kategori pengaruh yang disebabkan oleh gempa pada setiap tingkatan, termasuk aspek: dalam dan luar gedung, perumahan dan struktur selain perumahan, utilitas, dan struktur dinding penahan dan struktur yang berhubungan dengan tanah [3, 4, 5].
Pengaruh intensitas gempa serta dampaknya pada penghuni belum terakomodasikan dalam satupun standard atau kode di dunia. Penelitian ini bermaksud membuka tabir tentang pengaruh intesitas dengan melakukan uji sebuah struktur baja skala kecil pada sebuah meja getar yang digunakan untuk menperkenalkan konsep baru dalam perencanaan gempa.